Pada hari
Selasa (26/10/2019) mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Alauddin
bersama beberapa dosennya turut hadir dalam acara perayaan Maudu’ Lompoa (Maulid Besar) di Cikoang, Takalar. Tujuannya, untuk
mengamati secara lebih dekat ritual keagamaan satu tahunan ini.
Acara ini
dilakukan untuk memeriahkan hari kelahiran Nabi Muhammad. Tidak sekadar itu,
perayaan ini juga merupakan ekspresi rasa Syukur warga atas rejeki yang mereka
mereka peroleh selama ini. Oleh sebab itu, perayaan pesta Maudu’ Lompoa juga diiringi dengan kegiatan ritual lainnya berupa, rateq dan zikir berjama’ah. Bahkan,
kegitan Rateq dan Zikir ini menjadi
kegiatan puncak dari seluruh rangkaian kegiatan.
Kunjungan ini
merupakan bagian dari kegiatan akademik yang diperuntukkan bagi setiap
mahasiswa semester 5. Ini harapkan dapat membrikan view baru bagi mahasiswa terkait praktik keagamaan di tengah
masyarakat. Oleh sebab itu, mahasiswa tidak saja hadir untuk menyaksikan
perayaan tersebut, tetapi juga diminta untuk mewawancarai warga dan para tokoh
yang terlibat.
Dra. Andi
Nurbaety, MA., selaku Ketua Prodi AFI yang juga turut hadir mendampingi
mahasiswa menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan akademik yang
dikemas dalam Praktik Kuliah Lapangan (PKL).
“Kunjungan ini merupakan kegiatan
akademik mahasiswa untuk memperlihatkan sekaligus mengamati ritual keagamaan
masyarakat yang beragam. Ini dikemas sebagai PKL. Tujuannya, untuk memperkaya
khasanah keagamaan mahasiswa serta melatih mereka untuk menyingkap
alasan-alasan dari praktik-praktik keagamaan tersebut. Sehingga, mahasiswa
selain memperoleh pengatahuan atasnya, juga tidak dengan mudah menjustifikasi
praktik keagamaan yang berbeda dengannya.” Pungkas Ketua Prodi AFI yang akrap
disapa ibu Ety ini.
Sarfia
Lukman, yang juga selaku ketua rombongan mahasiswa, juga memandang PKL ini
sangat bermanfaat bagi mahasisiwa.
“Meskipun saya berasal dari
kabupaten Takalar, namun saya tidak begitu memahami pesta raya tahunan ini. Namun melalui, PKL ini lebih
mengerti karena kita langsung bertanya kepada para pemangku kepentingan,
seperti ketua adat, pimpinan agama, dan warga. Sehingga, saya menjadi semakin mafhum mengapa kegiatan ini
diselenggarakan begitu meriah dan mewah.” Paparnya mahasiswa yang dipanggil
Cici ini. (Humas AFI)