MEMBINCANG “FENOMENA KEBERAGAMAAN DI MASA PANDEMI”, PRODI AFI SELENGGAKAN WEBINAR

  • 01 Januari 1970
  • 12:00 WITA
  • Administrator
  • Berita

Setelah memasuki bulan kelima wabah covid-19, banyak hal yang berubah, termasuk cara keberagamaan kita. Alih-alih mengikuti fatwa ulama, umat justru memiliki kecenderungan mendengarkan arahan dokter, protokoler kesehatan. Tidak hanya itu, pendemi wabah ini juga menyeret perhatian banyak cendikiawan untuk melihat ulang hubungan antara sains, agama dan filsafat.

Tidak ingin ketinggalan, dan dalam rangka memberikan kontribusi pemikiran terkait persoalan ini, Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Alauddin Makassar, menyelenggarankan diskusi online (15/07/2020) dengan topik di atas. Kegiatan ini yang diselenggakan via google meet, dan diikuti oleh 87 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan masyakarat umum. Selain itu, kegiatan ini juga disiarkan secara langsung melalui akun facebook ‘afi.uninam’ sehingga dapat disaksinya secara luas oleh warga maya.   

Diskusi ini menghadirkan dua cendikiawan mahsyur yang sekaligus mewakili dua tradisi keilmuan sekaligus. Dr. Nurman Said, MA, seorang pakar dalam bidang Fenomenologi Agama, dan Dr. Andi Aderus, MA, pakar dalam bidang Teologi Islam (ilmu Kalam). Meskipun adalah keduanya dosen di Fakultas yang sama, Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, Nurman Said mengenyam pendidikan di McGill University, Candana, sehingga dapat dikatakan mewakili tradisi keilmuan ‘Barat’, sedang Andi Aderus menyelesaikan pendidikan S1 dan S2-nya di Al-Azhar Mesir, , sehingga mewakili tradisi keilmuan ‘Timur’.

Menurut Dr. Nurman, Dosen pada Program Studi Agama-Agama ini, bahwa meskipun dalam sejarah manusia, wabah seringkali menjadi sarana ateisme, namun itu tidak akan berlangsung lama. Kerena agama bagi manusia adalah sebuah keniscayaan. Manusia pada dirinya sendiri adalah homo religiosis. Baginya, agama memberikan harapan (hidup) bagi manusia, sedangkan sains memberikan bukti-bukti ilmiah.

 Adapun Dr. Aderus, yang juga merupakan dosen AFI, melihat bahwa pada prinsipnya Tuhan memberikan tanda-tanda kekuasaannya, termasuk seperti wabah yang kita alami ini. Baginya, Covid-19 adalah bagian dari pada sunnatullah, hukum-hukum Tuhan dalam semesta ini. Covid-19 bukanlah realitas ontologis yang telah ada sejak semula, akan tetapi keberadaannya tidak tidak lepas dari ‘kaki-tangan’ manusia itu sendiri.

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Dr. Muhsin Mahfudz, M.Th.I, yang ikut hadir dalam kegian ini, dalam sambutan, memberikan apresiasi terhadap terselenggaranya kegiatan ini. Menurunya, Prodi AFI adalah yang pertama di Fakultas ini menyelengarakan diskusi via online di fakultas ini. Harapannya, kegiatan serupa dapat juga diselenggarakan oleh jurusan-jurusan lain.

“Kegiatan ini tidak hanya memberikan perspektif tersendiri pada wabah covid-19 ini, tapi juga menjadi tugas akademisi untuk tidak henti-hentinya membincang persoalan yang hadapi masyarakat, khususnya persoalan keagamaan. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat secara institusional sudah sejatinya memberikan pikiran-pikiran keagamaan yang segar dan kontekstual terhadap umut saat ini. Jika bukan kita, siapa lagi?”, pungkasnya dalam sambutannya.  (Humas AFI)