Bersama Warga, Mahasiswa Filsafat UIN Alauddin Merayakan Maudu’ lompoa Di Takalar

  • 12 Maret 2020
  • 12:00 WITA
  • Administrator
  • Berita

Pada hari Selasa (26/10/2019) mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Alauddin bersama beberapa dosennya turut hadir dalam acara perayaan Maudu’ Lompoa (Maulid Besar) di Cikoang, Takalar. Tujuannya, untuk mengamati secara lebih dekat ritual keagamaan satu tahunan ini.

Acara ini dilakukan untuk memeriahkan hari kelahiran Nabi Muhammad. Tidak sekadar itu, perayaan ini juga merupakan ekspresi rasa Syukur warga atas rejeki yang mereka mereka peroleh selama ini. Oleh sebab itu, perayaan pesta Maudu’ Lompoa juga diiringi dengan kegiatan ritual lainnya berupa, rateq dan zikir berjama’ah. Bahkan, kegitan Rateq dan Zikir ini menjadi kegiatan puncak dari seluruh rangkaian kegiatan.

Kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan akademik yang diperuntukkan bagi setiap mahasiswa semester 5. Ini harapkan dapat membrikan view baru bagi mahasiswa terkait praktik keagamaan di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, mahasiswa tidak saja hadir untuk menyaksikan perayaan tersebut, tetapi juga diminta untuk mewawancarai warga dan para tokoh yang terlibat.

Dra. Andi Nurbaety, MA., selaku Ketua Prodi AFI yang juga turut hadir mendampingi mahasiswa menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan akademik yang dikemas dalam Praktik Kuliah Lapangan (PKL).

“Kunjungan ini merupakan kegiatan akademik mahasiswa untuk memperlihatkan sekaligus mengamati ritual keagamaan masyarakat yang beragam. Ini dikemas sebagai PKL. Tujuannya, untuk memperkaya khasanah keagamaan mahasiswa serta melatih mereka untuk menyingkap alasan-alasan dari praktik-praktik keagamaan tersebut. Sehingga, mahasiswa selain memperoleh pengatahuan atasnya, juga tidak dengan mudah menjustifikasi praktik keagamaan yang berbeda dengannya.” Pungkas Ketua Prodi AFI yang akrap disapa ibu Ety ini.     

Sarfia Lukman, yang juga selaku ketua rombongan mahasiswa, juga memandang PKL ini sangat bermanfaat bagi mahasisiwa.

“Meskipun saya berasal dari kabupaten Takalar, namun saya tidak begitu memahami pesta raya  tahunan ini. Namun melalui, PKL ini lebih mengerti karena kita langsung bertanya kepada para pemangku kepentingan, seperti ketua adat, pimpinan agama, dan warga. Sehingga, saya menjadi semakin mafhum mengapa kegiatan ini diselenggarakan begitu meriah dan mewah.” Paparnya mahasiswa yang dipanggil Cici ini. (Humas AFI)